Senin, 04 Mei 2015

PEDOMAN DAN PETUNJUK TEKNIS SURVEILANS RUMAH SAKIT






Ns. Yandang, S.Kep
Tim PPI BLUD RS Konsel


PEDOMAN DAN PETUNJUK TEKNIS SURVEILANS RUMAH SAKIT




BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi menjadi tantangan di seluruh dunia karena infeksi dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan biaya kesehatan disebabkan terjadi penambahan waktu pengobatan dan perawatan di rumah sakit.

Pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi yang efektif dapat mengurangi tingkat infeksi. Keberhasilan program pencegahan dan pengendalian infeksi dapat melalui kegiatan surveilans.

Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah program yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian infeksi di rumah sakit dan yang bertanggung jawab terhadap tugas tersebut adalah komite/ panitia pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit yang dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit.


Program pencegahan dan pengendalian infeksi yang utama dan efektif di rumah sakit yaitu dengan mengelola data dan informasi penting termasuk surveilans, mengatur dan merekomendasikan kebijakan prosedur, intervensi langsung untuk memutus transmisi penularan penyakit.





B. Tujuan

Untuk mendukung pedoman dan petunjuk teknis surveilans BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan.
Untuk pelaporan kejadian infeksi di BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan.
Pentingnya Surveilans Rumah Sakit.





C. Sasaran


Komite PPI, Tim PPI dan IPCLN.






BAB II


PERENCANAAN SURVEILANS








Suatu program surveilans dapat berjalan dengan baik bila tujuan jelas dan telah dijabarkan langkah-langkahnya dengan efisien dan efektif. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:


A. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah penting untuk mengetahui kebutuhan dilaksanakan surveilans. Masalah diketahui melalui:

Temuan kasus secara aktif oleh IPCN dan IPC Link Nurse (IPCLN)
Laporan dari ruangan (termasuk KLB)
Laporan hasil laboratorium mikrobiologi
Pertimbangan para ahli RS bersangkutan





B. Penetapan Prioritas


Prioritas ditetapkan melalui besaran masalah atas dasar:

Angka kejadian infeksi (peningkatan dari angka dasar)
Potensi terjadi infeksi:


a) Karakteristik patogen penyebab


b) Perilaku petugas


c) Kondisi lingkungan


d) Jenis tindakan


e) Kualitas instrumen

Risiko penularan:


a) Kecepatan penularan


b) Cara penularan (kontak, droplet, airborne, vechicle)

Unit perawatan berisiko tinggi
Ketersediaan sumber daya.





C. Metode Surveilans


Metode yang dipilih adalah surveilans aktif dengan sasaran khusus (target surveilans).





D. Pengorganisasian


Pelaksanaan surveilans Rumah Sakit (pengumpulan, pencatatan) dilakukan oleh IPCLN dan tim PPIRS. Pengolahan dan analisis data dilakkan oleh tim PPI. Hasil dilaporkan ke komite PPI untuk dilakukan pembahasan dan penyusunan rekomendasi. Komite PPI melaporkan keseluruhan hasil dan rekomendasi ke Direktur Rumah Sakit. Umpan balik dan rekomendasi ke unit terkait dilakukan oleh Komite PPI. Pemantauan tindak lanjut rekomendasi dilakukan oleh tim PPI.





E. Penyediaan Sumber Daya


Sumber daya berikut ini dibutuhkan untuk terlaksananya surveilans:

Petugas:


a) IPCN (purna waktu/full time) yang sudah mengikuti pelatihan PPI dasar dan surveilans.


b) IPCLN yang sudah mengikuti pelatihan PPI.

Dana:


Dukungan dana operasional dari Pimpinan Rumah Sakit.

Sarana, prasarana dan pendukung:


a) Kantor dan ruang rapat Komite dan Tim PPI.


b) Komputer, fax, telepon, internet.


c) Petugas sekretariat dan teknologi informasi (IT).







Contoh Instrumen Penetapan Skala Prioritas Masalah

5- Kritikal* 4- Sangat signifikan* 3- Signifikan* 2- Kurang signifikan* 1- Tidak signifikan*


No

Deskripsi Masalah**

Masalah - 1

..................

Masalah - 2

..................

Masalah - 3

..................

Masalah - 4

..................

Masalah - 5

..................


1.

Angka kejadian infeksi












2.

Potensi terjadi infeksi












3.

Karakteristik patogen penyebab












4.

Perilaku petugas












5.

Kondisi lingkungan












6.

Jenis tindakan












7.

Kualitas instrumen












8.

Risiko penyebaran












9.

Cara penyebaran












10.

Unit perawatan berisiko tinggi












11.

Ketersediaan sumber daya












Total












PRIORITAS












* Pembobotan masalah sesuai dengan standar acuan yang telah disepakati RS/ Fasilitas pelayanan Kesehatan bersangkutan

** Disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan RS/ Fasilitas pelayanan Kesehatan bersangkutan


BAB III

PELAKSANAAN SURVEILANS





A. Kriteria Nasional
Infeksi Aliran Darah Perifer (IADP)

Algoritma diagnosa IADP



Keterangan:

- Yang dimaksud mikroba pathogen pada kriteria 1 misalnya adalah: S. aureus, Enterococcus spp, E colli, Pseudomonas spp, Klebsiella spp, Candida spp, dan lain-lain.

- Yang dimaksud dengan flora kulit adalah mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid (Corynebacterium spp), Bacillus spp, Propionibacterium spp, CNS termasuk Staph. epidermidis, Streptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.

- Hasil kultur darah pada kriteria 2 dan 3, arti ‘2’ kultur darah: 2 spesimen darah diambil dari lokasi yang berbeda dan dengan jeda waktu tidak lebih dari 2 hari.



Pneumonia (PNEU)

Algoritma Pneumonia





Keterangan:

- PNU 1 : Kriteria untuk Pneumonia Klinik

- PNU 2-1 : Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratorium yang spesifik untuk infeksi bakteri umum dan jamur berfilamen

- PNU 2-2 : Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratorium yang spesifik untuk infeksi virus, Legionella, Chlamydia, Mycoplasma, dan patogen tidak umum lainnya.

- PNU 3 : Kriteria untuk Pneumonia pada pasien immunocompromised

- Yang dimaksud dengan kelainan kardio-pulmoner, misalnya: respiratory distress syndrome, bronchopulmonary dysplasia, pulmonary edema, atau chronic obstructive pulmonary disease.

- Demam : suhu 380C.

- Leukopenia : <4 .000="" br="" darah="" mm3="" putih="" sdp="" sel="">
- Leukositosis : ≥ 12.000 SDP/mm3

- Lekositosis : ≥ 15.000 SDP/mm3

- Memburuknya pertukaran gas : Desaturasi O2: PaO2/ FiO2 ≤ 240, atau pO2 <94 atau="" br="" kebutuhan="" oksigen="" peningkatan="" perlunya="" ventilator.="">
- Peningkatan sekresi pernafasan termasuk peningkatan keperluan pengisapan (suctioning).

- SNB : Saluran nafas bawah.

- Sekresi SNB adalah yang diambil dengan alat bronchoskopi dan merupakan spesimen sekresi saluran nafas bawah yang mempunyai tingkat kontaminasi minimal.

- Spesimen SNB dapat berupa lavage (bilasan) atau brushing.

- BAL : Broncho alveolar lavage.

- Antigen : Merupakan komponen/protein dari mikroba. Tes deteksi antigen menggunakan antibodi yang spesifik, yang akan berikatan dengan antigen mikroba yang ada pada spesimen tersebut.

- Metode deteksi antigen dapat berupa : Micro-IF, RIA, EIA, FAMA.

- Antibodi: Merupakan imunoglobulin spesifik yang dibuat tubuh bila ada antigen masuk. Karena hanya merupakan reaksi respon, maka baru terdeteksi setelah seminggu lebih terinfeksi, dan ada progres peningkatan titer kalau baru diproduksi (fase akut) yang akan terus meningkat setelah beberapa minggu, yang kemudian menurun setelah beberapa bulan (sekitar 3 bulan) dan sebagian besar akan tetap terdeteksi selama bertahun-tahun, tetapi dengan kadar yang semakin turun.

- PCR : Polymerase Chain Reaction, merupakan salah satu metode deteksi infeksi dengan cara memperbanyak asam nukleat mikroba. Merupakan cara deteksi infeksi yang sangat sensitif dan waktu yang cepat.
















ISK SIMTOMATIK





ISK ASIMTOMATIS







Keterangan:

- Tes konfirmasi merupakan tes-tes yang membantu memastikan adanya ISK.

· Tes konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif yang menghasilkan jumlah koloni yang sedikit kemungkinan terjadi akibat kontaminasi.

· Tes konfirmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti ISK dengan keakuratan yang kurang sebagai tanda adanya ISK.

· Tes konfirmasi minor dapat berupa: tes-tes kultur kuantitatif dengan jumlah koloni yang meragukan adanya infeksi, pemeriksaan urin untuk melihat adanya kemungkinan ISK tanpa melakukan kultur, dan keyakinan klinis berdasarkan profesionalitasnya.

- Urin aliran tengah (midstream) adalah spesimen urin yang diambil dengan cara membuang aliran pertama, dan aliran pancar tengah yang akhirnya dijadikan bahan pemeriksaan.

- Spesimen untuk kultur urin harus didapatkan dengan tehnik yang benar, misalnya clean catch collection untuk spesimen urin pancar tengah, atau kateterisasi.

- Clean catch collection adalah tehnik pengambilan urin pancar tengah yang terutama dilakukan terhadap pasien wanita, dengan cara membersihkan dulu jalan keluarnya urin yang diambil secara spontan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi sampel dari flora yang biasa terdapat pada muara dan urethra sekitarnya.

- Pada bayi, spesimen diambil dengan cara kateterisasi kandung kemih atau aspirasi supra pubik.

- ISK lain: adalah ISK yang melibatkan jaringan lebih dalam dari sistem urinarius, misalnya ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik.



Keterangan:

- Bukti lain terjadinya ILO dapat berupa temuan langsung, selama re-operasi, atau berdasarkan hasil pemeriksaan hispatologi (PA) atau radiologi.



B. Pengumpulan Data
Pengumpulan Data

Tim PPI bertanggung jawab atas pengumpulan data tersebut di atas, karena mereka yang memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi Infeksi Rumah Sakit sesuai dengan kriteria yang ada. Sedangkan pelaksana pengumpul data adalah IPCN yang dibantu IPCLN.



Mekanisme pelaksanaan surveilans:

IPCLN mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien berisiko tinggi di unit rawat masing-masing setiap hari. Pada awal bulan berikutnya, paling lambat tanggal 5 formulir surveilans di serahkan ke Tim PPI dengan diketahui dan ditandatangani Kepala Ruangan.



Apabila ada kecurigaan terjadi infeksi, IPCLN segera melaporkan ke IPCN untuk ditindaklanjuti (investigasi).


Sumber Data

Sumber data diperoleh dari:

- Rekam medis

- Catatan perawatan

- Catatan hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium dan radiologi)

- Farmasi

- Pasien/ keluarga pasien


Numerator

Angka kejadian infeksi.


Denominator

Denominator ditentukan oleh jenis infeksi rumah sakit.


Pengolahan dan Penyajian Data



C. Perhitungan

Perhitungan dilakukan dala satu bulan. Kurun waktu harus jelas dan sama antara numerator dan denominator sehingga laju tersebut mempunyai arti.

Surveilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan waktu dan menyita hampir separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga dibutuhkan penuh waktu / full time. Dalam hal ini bantuan komputer akan sangat membantu, terutama akan meningkatkan efisien pada saat analisis. Besarnya data yang harus dikumpulkan dan kompleksitas cara analisisnya merupakan alasan mutlak untuk menggunakan jasa komputer, meski di Rumah Sakit kecil sekalipun.lagi pula sistem surveilans tidak hanya berhadapan dengan masalah pada waktu sekarang saja, tetapi juga harus mengantisipasi tantangan di masa depan.

Dalam penggunaan komputer tersebut, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:
Memilih sistem komputer yang akan dipakai, komputer mainframe atau komputer mikro.

Komputer mainframe bekerja jauh lebih cepat, memuat data jauh lebih besar dan memiliki jaringan yang dapat diakses di seluruh area rumah sakit. Semua data pasien seperti sensus pasien, hasil laboratorium dan sebagainya, dapat dikirim secara elektronik. Namun harus diingat bahwa komputer mainframe adalah cukup mahal baik pembelian maupun operasionalnya. Tidak setiap orang dapat menggunakannya dan memerlukan pelatih yang intensif. Software untuk program pencegahan dan pengendalian Infeksi Rumah Sakit bagi komputer mainframe sampai saat ini masih terbatas. Mikrokomputer jauh lebih murah dan lebih mudah dioperasikannya oleh setiap petugas.
Mencari software yang sudah tersedia dan memilih yang digunakan.

Pemilih software harus dilakukan hati-hati dengan mempertimbangkan maksud dan tujuan dari surveilans yang akan dilaksanakan di rumah sakit.



D. Analisis dan Interpretasi

Data insiden rate dianalisa, apakah ada perubahan yang signifikan seperti penurunan maupun peningkatan Infeksi Rumah Sakit yang cukup tajam atau signifikan, kemudian dibandingkan dengan jumlah kasus dalam kurun waktu bulan yang sama pada tahun yang lalu. Jika terjadi perubahan yang signifikan dicari faktor-faktor penyebabnya mengapa hal tersebut terjadi. Bila diketemukan penyebab dilanjutkan dengan alternatif pemecahannya. Dan diantara pemecahan dipilih yang laik laksana bagi RS atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan setempat. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan grafik.



E. Pelaporan, Rekomendasi dan Diseminasi

Prinsip pelaporan surveilans Rumah Sakit:
Laporan dibuat sistematik, singkat, tepat waktu, dan informatif.
Laporan dibuat dalam bentuk grafik atau tabel.
Laporan dibuat bulanan, triwulan, semester atau tahunan.
Laporan disertai analisis masalah dan rekomendasi penyelesaian.
Laporan dipresentasikan dalam rapat koordinasi dengan pimpinan.



Diseminasi

Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk menetapkan strategi pengendalian Infeksi Rumah Sakit. Laporan disampaikan pada seluruh anggota komite, direktur rumah sakit, ruangan atau unit terkait.



IADP



Petunjuk pelaporan
Plebitis yang purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung kateter, tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah, maka tidak dilaporkan sebagai IADP.
Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi pada bagian tubuh yang lain.



Instruksi pelaporan
Tetapkan data populasi yang sama berdasarkan jenis lokasi insersi:

- Vena/ arteri sentral

- Vena/ arteri perifer
Tetapkan kriteria IADP

Kolonisasi atau kontaminasi
Bedakan lokasi perawatan terjadi infeksi misalnya:

- ICU

- NICU

- Ruang Perawatan
Analisa dengan cepat dan tepat, untuk mendapatkan informasi angka infeksi, lokasi dan waktu terjadinya IADP yang memerlukan penanggulangan atau investigasi lebih lanjut.
Bandingkan angka IADP: apakah ada penyimpangan? Dimana terjadi kenaikan atau penurunan yang cukup tajam?




ILO



Instruksi pelaporan:
Jangan melaporkan “stitch abscess” (inflamasi minimal dan adanya keluar cairan [discharge] pada tempat penetrasi/ tusukan jarum atau tempat jahitan) sebagai suatu infeksi.
Jangan melaporkan infeksi luka yang terlokalisir (“localized stab wound infection”) sebagai ILO, sebaiknya dilaporkan sebagai infeksi kulit (SKIN) atau infeksi jaringan lunak (ST) tergantung dari kedalamannya infeksi.
Laporkan infeksi pada tindakan sirkumsisi pada bayi baru lahir sebagai CIRC. Sirkumsisi tidak termasuk kedalam prosedur operasi pada NHSN.
Laporkan infeksi pada luka bakar sebagai BURN.
Bila infeksi pada tempat insisi mengenai atau melanjut sampai ke fascia dan jaringan otot, laporkan sebagai ILO profunda (“deep incisional SSI”).
Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai ILO superficial dan ILO profunda klasifikasikan sebagai ILO profunda.



Instruksi pencatatan/ pelaporan:

Secara spesifik tempat terjadinya infeksi harus dicantumkan dalam pelaporan ILO organ/ rongga tubuh (lihat juga kriteria untuk tempat tersebut):


- BONE

- DISC

- ENDO

- IAB

- LUNG

- ORAL

- SA

- VASC

- BRST

- EAR

- EYE

- IC

- MED

- OREP

- SINU

- VCUF

- CARD

- EMET

- GIT

- JNT

- MEN

- OUTI

- UR




Biasanya infeksi organ/rongga tubuh keluar (drains) melalui tempat insisi. Infeksi tersebut umumnya tidak memerlukan re-operasi dan dianggap sebagai komplikasi dari insisi, sehingga keadaan tersebut harus diklarifikasikan sebagai suatu ILO profunda.



Pneumonia

Hasil surveilans angka infeksi HAP dan VAP disampaikan ke unit terkait secara berkesinambungan.





BAB IV

PENUTUP





Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak bisa dihindari sehingga dibutuhkan data dasar infeksi untuk menurunkan angka yang ada. Untuk itu perlunya melakukan surveilans dengan metode yang aktif, terus menerus dan tepat sasaran.



Pelaksanaan surveilans memerlukan tenaga khusus yang termasuk tugas dari IPCN. Untuk itu diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu.


2 komentar:

  1. mo bikin buat RS tempat sy bekerja. Makasih postingannya,,,

    BalasHapus
  2. How to make money from betting on soccer - The Work
    How to make money from betting on soccer. From how to งานออนไลน์ learn how to bet, how to win money, odds & spreads.

    BalasHapus